Layanan Konsultasi.

Kami dapat memberikan JASA Nasehat Kebijakan terhadap Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan; Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi (Perencanaan - Persiapan - Pelaksanaan - Kontrak); dan Pemenangan Tender. Kami juga membantu membuat Kebijakan Perusahaan (Dokumen Tender & Peraturan Direksi terkait Pengadaan). Hubungi bonatua.766hi@gmail.com

Translate

CARI DI BLOG INI

23 Desember 2020

Ketentuan terhadap Pengguna Anggaran (PA)




Berikut adalah Peraturan Perundang-Undangan (PPU) yang mengatur Ketentuan tentang Pengguna Anggaran yang disusun dari hirarki tertinggi.


Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah. 


Bagian Pertama Pengguna Anggaran

Pasal 4

(1) Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

(2) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, berwenang:

    1. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
    2. menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang;
    3. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara;
    4. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang;
    5. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;
    6. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran;
    7. menggunakan barang milik negara;
    8. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara;
    9. mengawasi pelaksanaan anggaran;
    10. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

Pasal 5
Gubernur/bupati/walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah:

  1. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
  2. menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendahara Penerimaan dan/atau Bendahara Pengeluaran;
  3. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;
  4. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
  5. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah;
  6. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.

Pasal 6

  1. (1)  Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

  2. (2)  Kepala satuan kerja perangkat daerah dalam melaksanakan tugasnya selaku pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya berwenang:

    1. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

    2. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;

    3. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

    4. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

    5. mengelola utang dan piutang;

    6. menggunakan barang milik daerah;

    7. mengawasi pelaksanaan anggaran;

    8. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;

    9. satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

Pasal 17

  1. (1)  Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan.

  2. (2)  Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.

Pasal 18

  1. (1)  Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk menguji, membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan, dan memerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban APBN/APBD.

  2. (2)  Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pada ayat (1), Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang :

    1. menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih;

    2. meneliti kebenaran dokumen yang menjadi per-syaratan/kelengkapan sehubungan dengan ikatan/ perjanjian pengadaan barang/jasa;

    3. meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;

    4. membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang bersangkutan;

    5. memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.

  3. (3)  Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN/APBD bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud. 

Pasal 29

  1. (1)  Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran dapat membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan setelah memperoleh persetujuan dari Bendahara Umum Negara.

  2. (2)  Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk menatausahakan penerimaan negara di lingkungan kementerian negara/lembaga.

  3. (3)  Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara Umum Negara dapat memerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupan rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian Pertama Akuntansi Keuangan

Pasal 51

  1. (1)  Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.

  2. (2)  Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya.

  3. (3)  Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) digunakan untuk menyusun laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
Pasal 54
  1. (1)  Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan kebijakan anggaran yang berada dalam penguasaannya.

    1. (2)  Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada Pengguna Anggaran atas pelaksanaan kegiatan yang berada dalam penguasaannya.  

    Bagian Keempat Laporan Keuangan

    Pasal 55

      (1) Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

    1. (2)  Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) :
      1. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing.

      2. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

      3. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyusun Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat;

      4. Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara.

    2. (3)  Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
    3. (4)  Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
    4. (5)  Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah diatur dengan peraturan pemerintah.

    Pasal 56

    (1)  Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun laporan keuangan pemerintah daerah untuk disampaikan kepada gubernur/bupati/ walikota dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

    (2)  Dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) :

        1. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan;
        2. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir;
        3. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah menyusun Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah;
        4. Gubernur/bupati/walikota selaku wakil pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah.
      (3)  Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan gubernur/bupati/walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

      (4)  Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBD telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. 

      Bagian Keempat Pengguna Anggaran

      Pasal 10

      1. (1)  Kepala SKPD selaku PA mempunyai tugas:

        1. menyusun RKA SKPD;

        2. menyusun DPA SKPD;

        3. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas Beban anggaran belanja;

        4. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

        5. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

        6. melaksanakan pemungutan retribusi daerah;

        7. mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;

        8. menandatangani SPM;

        9. mengelola Utang dan Piutang Daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;

        10. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;

        11. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

        12. menetapkan PPTK dan PPK SKPD;

        13. menetapkan pejabat lainnya dalam SKPD yang dipimpinnya dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah; dan

        14. melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

      2. (2)  PA bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Daerah melalui sekretaris daerah. 


      Pasal 1
      Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 

      Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat Daerah. 


      Pasal 8
      Pelaku Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:

      1. PA;

      2. KPA;

      3. PPK;

      4. Pejabat Pengadaan;

      5. Pokja Pemilihan;

      6. Agen Pengadaan;

      7. PjPHP/PPHP; DIHAPUS

      8. Penyelenggara Swakelola; dan

      9. Penyedia. 

      Bagian Kedua Pengguna Anggaran (PA)

      Pasal 9

      (1) PA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a memiliki tugas dan kewenangan:

      a.melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;
      b.mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah ditetapkan;
      c.menetapkan perencanaan pengadaan;
      d.menetapkan dan mengumumkan RUP;
      e.melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
      f.menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender/Seleksi ulang gagal;     
      f1. Menetapkan pengenaan sanksi daftar hitam
      g.menetapkan PPK;
      h.menetapkan Pejabat Pengadaan;
      i. menetapkan PjPHP/PPHP; dihapus
      j. menetapkan Penyelenggara Swakelola;
      k. menetapkan tim teknis;
      l. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan melalui Sayembara/Kontes;
      m. menyatakan Tender gagal/Seleksi gagal; dan

      n. menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan:

      1. Tender/Penunjukan Langsung/E-purchasing untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

      2. Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

      (2)  PA untuk pengelolaan APBN dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada KPA sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

      (3)  PA untuk pengelolaan APBD dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf f kepada KPA.PA untuk pengelolaan APBD dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf f1 kepada KPA 

      Bagian Keempat Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa

      Pasal 21

      1. (1)Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan pada tahap perencanaan pengadaan, persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia, dan/atau persiapan pemilihan Penyedia.

      2. (2)Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan oleh PA/KPA/PPK dan/atau UKPBJ. 


      Bagian Kesatu Persiapan Swakelola

      Pasal 23

      1. (1)Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola meliputi penetapan sasaran, Penyelenggara Swakelola, rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan RAB.

      2. (2)Penetapan sasaran pekerjaan Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh PA/KPA.

      3. (3)Penetapan Penyelenggara Swakelola dilakukan sebagai berikut:

        1. Tipe I Penyelenggara Swakelola ditetapkan oleh PA/KPA;

        2. Tipe II Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh PA/KPA, serta Tim Pelaksana ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain pelaksana Swakelola;

        3. Tipe III Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh PA/KPA serta Tim Pelaksana ditetapkan oleh pimpinan Ormas pelaksana Swakelola; atau

        4. Tipe IV Penyelenggara Swakelola ditetapkan oleh pimpinan Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola. 

      Pasal 47
        1. (1)  Pelaksanaan Swakelola tipe I dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

          1. PA/KPA dapat menggunakan pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain dan/atau tenaga ahli;

          2. Penggunaan tenaga ahli tidak boleh melebihi 50% (lima puluh persen) dari jumlah Tim Pelaksana; dan

          3. Dalam hal dibutuhkan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia, dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Presiden ini.

        2. (2)  Pelaksanaan Swakelola tipe II dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

        • PA/KPA melakukan kesepakatan kerja sama dengan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain pelaksana Swakelola; dan
        • PPK menandatangani Kontrak dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola sesuai dengan kesepakatan kerja sama sebagaimana dimaksud pada huruf a. 


          Bagian Kedua Tender/Seleksi Gagal

          Pasal 51 

          (2) Tender/Seleksi gagal dalam hal:

          a. terdapat kesalahan dalam proses evaluasi;

          b. tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen penawaran setelah ada pemberian waktu perpanjangan;

          c. tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran;

          d. ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan atau tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini;

          e. seluruh peserta terlibat korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme;

          f. seluruh peserta terlibat persaingan usaha- tidak sehat;

          g. seluru penawaran harga Tender Barang/Pekerja.an Konstruksi/Jasa Lainnya di atas HPS;

          h. negosiasi biaya pada Seleksi tidak tercapai; dan/atau

          i. korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme melibatkan Pokja Pemilihan/ PPK. 


            1. (4)  Tender/Seleksi gagal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i dinyatakan oleh PA/KPA.Prakualifikasi gagal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Tender/Seleksi gagal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf h dinyatakan oleh Pokja Pemilihan.

            2. (10)  Dalam hal Tender/Seleksi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (9) gagal, Pokja Pemilihan denganpersetujuan PA/KPA melakukan Penunjukan Langsung dengan kriteria:

            • kebutuhan tidak dapat ditunda; dan 
            • tidak cukup waktu untuk melaksanakan Tender/Seleksi.

            Pasal 62

            1. (1)  Penelitian dilakukan oleh:

              1. PA/KPA pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai penyelenggara penelitian; dan

              2. pelaksana penelitian. 


            Bagian Kesatu Peran Serta Usaha Kecil

            Pasal 65

            1. (2)  Dalam Pengadaan Barang/Jasa, PA/KPA memperluas peran serta usaha kecil diubah 

             
            Pasal 79
              1. (1)  Pengenaan Sanksi Daftar Hitam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (5) huruf a ditetapkan oleh PA/KPA atas usulan Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan.

              2. (2)  Pengenaan Sanksi Daftar Hitam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (5) huruf b ditetapkan oleh PA/KPA atas usulan Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan.

              3. (3)  Pengenaan Sanksi Daftar Hitam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (5) huruf c dan Pasal 78 ayat (5) huruf d, ditetapkan oleh PA/KPA atas usulan PPK. 


              IV. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 178/PMK.05/2018 tentang perubahan atas 
              PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK.05/2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (disingkat PMK 178/18) sebagai berikut:

              Pasal 4
              (1)  Menteri/Pimpinan Lembaga selaku penyelenggara urusan tertentu dalam pemerintahan bertindak sebagai PA atas Bagian Anggaran yang disediakan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tugas dan kewenangannya tersebut.

              (2)  PA bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Daerah melalui sekretaris daerah.

              Pasal 152

              PA/KPA dilarang menerbitkan SPM yang membebani tahun anggaran berkenaan setelah tahun anggaran berakhir.


              Update terbaru (5 Feb 2021) adanya PPU yg mengatur tentang PA yaitu:


              PENGGUNA ANGGARAN

              1. Kepala SKPD selaku PA mempunyai tugas:

                1. menyusun RKA-SKPD;

                2. menyusun DPA-SKPD;

                3. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

                  anggaran belanja dan/atau pengeluaran pembiayaan;

                4. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

                5. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan

                  pembayaran;

                6. melaksanakan pemungutan retribusi daerah;

                7. mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak lain

                  dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;

                8. menandatangani SPM;

                9. mengelola utang dan piutang daerah yang menjadi tanggung jawab

                  SKPD yang dipimpinnya;

                10. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang

                  dipimpinnya;

                11. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

                12. menetapkan PPTK dan PPK-SKPD;

                13. menetapkan pejabat lainnya dalam SKPD yang dipimpinnya dalam

                  rangka pengelolaan keuangan daerah; dan

                14. melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan

                  perundang-undangan.

              2. Selain tugas kepala SKPD selaku PA mempunyai tugas lainnya,

                meliputi:

                1. menyusun anggaran kas SKPD;

                2. melaksanakan pemungutan lain-lain pendapatan asli daerah;

                3. menyusun dokumen Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD);

                4. menyusun dokumen Pemberian Bantuan Sosial;

                5. menyusun dokumen permintaan pengesahan pendapatan dan belanja atas penerimaan dan pengeluaran daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak dilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah, BUD melakukan pencatatan dan pengesahan Penerimaan dan Pengeluaran Daerah tersebut; dan

                6. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya kepada PPKD selaku BUD.

              1. Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran (PA) mempunyai wewenang, meliputi:

                1. menandatangani dokumen permintaan pengesahan pendapatan dan belanja atas penerimaan dan pengeluaran daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

                2. Menandatangani dokumen Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD);

                3. Menandatangani dokumen Pemberian Bantuan Sosial;

                4. menetapkan pejabat lainnya dalam SKPD yang dipimpinnya dalam

                  rangka pengelolaan keuangan daerah; dan

                5. menetapkan Pembantu Bendahara Penerimaan, Pembantu

                  Bendahara Pengeluaran dan Pembantu Bendahara Pengeluaran

                  Pembantu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

              2. Dalam hal dibentuk SKPD tersendiri yang melaksanakan wewenang melaksanakan pemungutan pajak daerah PA melaksanakan pemungutan pajak daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

              3. Mengelola utang dan piutang daerah yang menjadi tanggung jawab

                SKPD yang dipimpinnya merupakan akibat yang ditimbulkan dari

                pelaksanaan DPA-SKPD.

              4. Mengelola utang yang menjadi kewajiban kepada pihak lain sebagai

                akibat:

                1. pekerjaan yang telah selesai pada tahun anggaran sebelumnya;

                2. hasil pekerjaan akibat pemberian kesempatan kepada penyedia

                  barang/jasa menyelesaikan pekerjaan sehingga melampaui tahun anggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

                3. akibat putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan

                4. kewajiban lainnya yang menjadi beban SKPD yang harus dianggarkan pada APBD setiap tahun sampai dengan selesainya kewajiban tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

              1. Mengelola piutang daerah yang menjadi hak daerah sebagai akibat:

                1. perjanjian atau perikatan;

                2. berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

                3. akibat putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

                  hukum tetap; dan

                4. piutang lainnya yang menjadi hak SKPD sesuai dengan ketentuan

                  peraturan perundang-undangan.

              2. Dalam hal mengadakan ikatan untuk pengadaan barang dan jasa, PA

                bertindak sebagai pejabat pembuat komitmen sesuai dengan ketentuan

                peraturan perundang-undangan.

              3. PA yang bertindak sebagai pejabat pembuat komitmen dapat dibantu

                oleh pegawai yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugas pejabat pembuat komitmen atau agen pengadaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

              4. PA bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.

              5. Berdasarkan pertimbangan beban kerja, Sekretaris daerah dapat melimpahkan pada kepala biro untuk provinsi dan kepala bagian untuk kabupaten/kota selaku KPA untuk melakukan pengelolaan keuangan. 



              Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia merupakan kegiatan lanjutan atas perencanaan pengadaan yang telah dilaksanakan oleh PA/KPA.

              Dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia, PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan dapat dibantu oleh Tim Teknis, Tim/Tenaga Ahli, atau Tim Pendukung. PPK dapat juga dibantu oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

              1.1 Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa

              Perencanaan pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA yang meliputi identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara, jadwal dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa. Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan dengan cara swakelola dan/atau Penyedia. Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa diatur dalam Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

              Pedoman pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia meliputi kegiatan persiapan Pengadaan Barang/Jasa, persiapan pemilihan Penyedia, pelaksanaan pemilihan Penyedia, pelaksanaan Kontrak dan serah terima hasil pekerjaan. 

              2.1.2 Proses

              PPK melakukan reviu spesifikasi teknis/KAK yang telah disusun pada tahap perencanaan Pengadaan Barang/Jasa. Reviu dilakukan berdasarkan data/informasi pasar terkini untuk mengetahui ketersediaan, harga dan alternatif barang/jasa sejenis, ketersediaan barang/jasa yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), dan memenuhi kriteria produk berkelanjutan. Dalam hal barang/jasa yang dibutuhkan tidak tersedia di pasar maka PPK mengusulkan alternatif spesifikasi teknis/KAK untuk mendapatkan persetujuan PA/KPA. PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli yang bertugas membantu PPK dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK. 

              2.1.3 Penetapan

              PPK menetapkan spesifikasi teknis/KAK yang telah disetujui oleh PA/KPA berdasarkan hasil reviu. Penetapan spesifikasi teknis/KAK dicantumkan dalam Dokumen Spesifikasi Teknis/KAK. 

              2.3.2.3 NaskahPerjanjian

              Naskah Perjanjian terdiri dari :

              1. 5)  Para Pihak dalam Kontrak

                1. a)  Menjelaskan secara rinci dan menerangkan hal yang sebenarnya identitas para pihak yang meliputi nama, jabatan dan alamat serta kedudukan para pihak dalam Kontrak tersebut, apakah sebagai pihak pertama atau pihak kedua.

                2. b)  Para pihak dalam Kontrak terdiri dari dua pihak yaitu:

                  (1) pihak pertama adalah pihak Pejabat Penandatangan Kontrak (PA/KPA/PPK);

                  (2)pihak kedua adalah pihak Penyedia yang telah ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan;

                  (3)menjelaskan pihak-pihak tersebut bertindak untuk dan atas nama siapa dan dasar kewenangannya; dan

                  (4)apabila pihak kedua dalam Kontrak merupakan suatu konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain maka harus dijelaskan nama bentuk kerjasamanya, siapa saja anggotanya dan siapa yang memimpin dan mewakili kerja sama tersebut. 

              1. Sanggah Kualifikasi

                Peserta yang menyampaikan dokumen kualifikasi dapat mengajukan sanggah melalui aplikasi SPSE apabila menemukan:

                1. 1)  kesalahan dalam melakukan evaluasi;

                2. 2)  penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan;

                3. 3)  rekayasa/persekongkolan sehingga menghalangi terjadinya persaingan usaha yang sehat; dan/atau

                4. 4)  penyalahgunaan wewenang oleh Pokja Pemilihan, pimpinan UKPBJ, PPK, PA/KPA, dan/atau kepala daerah.

                Sanggah disampaikan kepada Pokja Pemilihan dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman hasil kualifikasi.

                Pokja Pemilihan memberikan jawaban tertulis atas semua sanggah paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah masa sanggah berakhir.

                Apabila sanggah dinyatakan salah/tidak diterima, maka Pokja Pemilihan melanjutkan proses Prakualifikasi.

                Apabila sanggah dinyatakan benar/diterima, Pokja Pemilihan melakukan evaluasi kualifikasi ulang atau prakualifikasi ulang.

                Sanggah yang disampaikan kepada Pejabat Penandatangan Kontrak, PA/KPA, dan APIP Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, atau disampaikan diluar masa sanggah, dianggap sebagai pengaduan dan diproses sebagaimana penanganan pengaduan. 

               4.2.11 Penetapan Pemenang

              1. Untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit diatas Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dan Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit diatas Rp10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah), Pokja Pemilihan mengusulkan penetapan pemenang pemilihan kepada PA/KPA melalui UKBPJ yang ditembuskan kepada PPK dan APIP Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

              2. PA/KPA menetapkan pemenang pemilihan berdasarkan usulan Pokja Pemilihan. Apabila PA/KPA tidak sependapat dengan usulan Pokja Pemilihan, maka PA/KPA menolak untuk menetapkan Pemenang pemilihan dan menyatakan Tender/Seleksi gagal.

              3. PA/KPA menyampaikan surat penetapan Pemenang atau penolakan kepada UKPBJ paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah usulan penetapan pemenang diterima. Dalam hal PA/KPA tidak memberikan penetapan/penolakan maka PA/KPA dianggap menyetujui usulan Pokja Pemilihan.3

              4. Dalam hal PA/KPA tidak sependapat selanjutnya UKPBJ memerintahkan Pokja Pemilihan bersangkutan untuk menindaklanjuti penolakan tersebut. 

              4.2.14 Sanggah Banding

              Sanggah Banding merupakan protes dari penyanggah kepada KPA pada pengadaan Pekerjaan Konstruksi yang tidak setuju atas jawaban sanggah. Dalam hal tidak ada KPA, Sanggah Banding ditujukan kepada PA. Penyampaian Sanggah Banding diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

              1. Penyanggah menyampaikan Sanggah Banding secara tertulis kepada KPA selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah jawaban sanggah dimuat dalam aplikasi SPSE. Tembusan Sanggah Banding disampaikan kepada APIP yang bersangkutan.

              2. Penyanggah Banding harus menyerahkan Jaminan Sanggah Banding yang ditujukan kepada Pokja Pemilihan sebesar 1% (satu persen) dari nilai total HPS dengan masa berlaku 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengajuan Sanggah Banding. Untuk pekerjaan konstruksi terintegrasi, Jaminan Sanggah Banding besarnya 1% (satu persen) dari nilai Pagu Anggaran.

              3. Pokja Pemilihan mengklarifikasi atas kebenaran Jaminan Sanggah Banding kepada penerbit jaminan dan KPA tidak akan menindaklanjuti Sanggah Banding sebelum mendapatkan hasil klarifikasi Pokja Pemilihan.

              4. KPA menyampaikan jawaban Sanggah Banding, dengan tembusan kepada UKPBJ paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima klarifikasi dari Pokja Pemilihan. Dalam hal KPA tidak memberikan jawaban Sanggah Banding maka KPA dianggap menerima Sanggah Banding.4

              1. Apabila Sanggah Banding dinyatakan benar/diterima, UKPBJ memerintahkan Pokja Pemilihan melakukan evaluasi ulang atau pemilihan Penyedia ulang.

              2. Apabila Sanggah Banding dinyatakan salah/tidak diterima, maka:

                1. 1)  Pokja Pemilihan melanjutkan proses pemilihan dengan menyampaikan hasil pemilihan kepada Pejabat Penandatangan Kontrak; dan

                2. 2)  UKPBJ mencairkan Jaminan Sanggah Banding dan disetorkan ke kas negara/daerah;

              3. Sanggah Banding menghentikan proses Tender.

              4. Sanggah Banding yang disampaikan bukan kepada KPA, atau disampaikan diluar masa Sanggah Banding, dianggap sebagai pengaduan dan diproses sebagaimana penanganan pengaduan. 

              4.2.15 Tender/SeleksiGagal
              a. Penyebab Tender/Seleksi dinyatakan gagal

              1. 1)  Tender/Seleksi dinyatakan gagal dalam hal:

                1. a)  terdapat kesalahan dalam proses evaluasi;

                2. b)  tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen penawaran setelah ada pemberian waktu perpanjangan;

                3. c)  tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran;

                4. d)  ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan atau Dokumen Pemilihan tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta petunjuk teknisnya;

                5. e)  seluruh peserta terlibat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN);

                6. f)  seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat;

                7. g)  seluruh penawaran harga pada Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya di atas HPS;

                8. h)  negosiasi biaya pada Seleksi tidak tercapai; dan/atau

                9. i)  KKN melibatkan Pokja Pemilihan/PPK.

              2. 7)  Tender/Seleksi gagal sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf i ditetapkan oleh PA/KPA. 

              c. Tindak Lanjut Tender/Seleksi Ulang Gagal

              Dalam hal Tender/Seleksi ulang gagal, Pokja Pemilihan dengan persetujuan PA/KPA melakukan Penunjukan Langsung dengan kriteria:

              1. 1)  kebutuhan tidak dapat ditunda; dan

              2. 2)  tidak cukup waktu untuk melaksanakan Tender/Seleksi. 

                5.1 E-purchasing

                5.1.1 Persiapan Pengadaan
                E-purchasing untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang Pagu Anggarannya bernilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dilaksanakan oleh PPK. Dalam hal nilai E-purchasing dengan Pagu Anggarannya bernilai paling sedikit di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), PPK mengusulkan penetapan kepada PA/KPA. 

                7.1.1 Perselisihan Pendapat atas Hasil Pemilihan

                Dalam hal PPK yang bertindak sebagai Pejabat Penandatangan Kontrak tidak menyetujui hasil pemilihan Penyedia, maka PPK menyampaikan penolakan tersebut kepada Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan disertai dengan alasan dan bukti. Selanjutnya, PPK dan Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan pembahasan bersama terkait perbedaan pendapat atas hasil pemilihan Penyedia. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan, maka pengambilan keputusan diserahkan kepada PA/KPA paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah tidak tercapai kesepakatan.

                PA/KPA dapat memutuskan:

                1. Menyetujui penolakan oleh PPK, PA/KPA memerintahkan Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan untuk melakukan evaluasi ulang, penawaran ulang, atau Tender ulang; atau

                2. Menyetujui hasil pemilihan Penyedia, PA/KPA memerintahkan PPK untuk menerbitkan SPPBJ paling lambat 5 (lima) hari kerja.

                Keputusan PA/KPA tersebut bersifat final.

                Dalam hal PA/KPA yang bertindak sebagai Pejabat Penandatangan Kontrak tidak menyetujui hasil pemilihan Penyedia, PA/KPA menyampaikan penolakan tersebut kepada Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan disertai dengan alasan dan bukti dan memerintahkan untuk melakukan evaluasi ulang, penawaran ulang, atau Tender ulang paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah hasil pemilihan Penyedia diterima.

                7.9 Pemeriksaan Bersama

                1. Apabila diperlukan,pada tahap awal pelaksanaan Kontrak, para pihak bersama-sama melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lokasi pekerjaan untuk setiap tahapan pekerjaan dan rencana mata pembayaran.

                2. Untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat menetapkan tim teknis dan PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli.

                3. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita Acara. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi Kontrak, maka harus dituangkan dalam adendum Kontrak. 

                VIII. SERAH TERIMA

                Pelaksanaan penyerahan hasil pekerjaan 100% (seratus persen) dari Penyedia kepada Pejabat Penandatangan Kontrak sampai dengan serah terima hasil pekerjaan kepada PA/KPA dijelaskan dalam bagan alur berikut:

                8.1 Serah Terima Hasil Pekerjaan

                1. Setelah penandatanganan Berita Acara Serah Terima, Pejabat Penandatangan Kontrak menyerahkan barang/hasil pekerjaan kepada PA/KPA.

                2. PA/KPA meminta PjPHP/PPHP untuk melakukan pemeriksaan administratif terhadap barang/hasil pekerjaan yang diserahterimakan.

                3. Apabila hasil pemeriksaan administrasi ditemukan ketidaksesuaian/kekurangan, PjPHP/PPHP melalui PA/KPA memerintahkan Pejabat Penandatanganan Kontrak untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan dokumen administratif.  

                 8.2 Masa Pemeliharaan

                1. PA/KPA mengalokasikan anggaran untuk keperluan operasional PPK selama masa pemeliharaan oleh Penyedia. 

                catt: Pada Peraturan Lembaga ini terdapat turunan berikutnya yang mengatur Pedoman dan Standar Dokumen Penyedia, pada artikel ini kita hanya membahas pedoman tender konstruksi.

                Update: Peraturan ini telah diganti dengan Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah nomor 12 tahun 2021 tentang Pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah melalui penyedia yang memuat ketentuan terkait PA sebagai berikut:

                Pasal 5
                PA/KPA dengan pertimbangan untuk mengatasi kekosongan hukum dan/atau stagnasi pemerintahan guna kemanfaatan dan kepentingan umum dapat menyesuaikan prosedur/tata cara/tahapan pada tahap persiapan pengadaan, persiapan pelaksanaan pemilihan, pelaksanaan pemilihan dan/atau pelaksanaan pekerjaan untuk barang/jasa.

                Lampiran 1, 2 & 3 :
                • Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia merupakan kegiatan lanjutan atas perencanaan pengadaan yang telah dilaksanakan oleh PA/KPA.
                • Dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia, PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan dapat dibantu oleh: 
                1. Tim Teknis 
                Tim Teknis dibentuk dari unsur Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah untuk membantu, memberikan masukan, dan melaksanakan tugas tertentu terhadap sebagian atau seluruh tahapan Pengadaan Barang/Jasa. 
                2. Tim ahli atau tenaga ahli
                Tim ahli atau tenaga ahli dapat berbentuk tim atau perorangan dalam rangka memberi masukan dan penjelasan/pendampingan/ pengawasan terhadap sebagian atau seluruh pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. 
                3. Tim Pendukung atau tenaga pendukung
                Tim Pendukung atau tenaga pendukung dapat berbentuk tim atau perorangan yang dibentuk dalam rangka membantu untuk urusan yang bersifat administratif/keuangan kepada PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan dan membantu Pejabat Pengadaan melakukan pemesanan dalam Pengadaan Langsung sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). 
                • Dalam hal tidak ada penetapan PPK pada Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBD, maka :
                1) PA/KPA merangkap sebagai PPK; atau
                2) PA/KPA menugaskan PPTK untuk melaksanakan tugas PPK 
                sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf m Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. PPTK dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-perundangan. 
                • 1.1  Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa.
                Perencanaan pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA yang meliputi identifikasi pengadaan, penetapan barang/jasa, cara, jadwal dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa. Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa diatur dalam Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 

                • Dalam hal barang/jasa yang dibutuhkan tidak tersedia di pasar maka PPK mengusulkan alternatif spesifikasi teknis/KAK untuk mendapatkan persetujuan PA/KPA.
                • PPK menetapkan spesifikasi teknis/KAK yang telah disetujui oleh PA/KPA berdasarkan hasil reviu. Penetapan spesifikasi teknis/KAK dicantumkan dalam Dokumen Spesifikasi Teknis/KAK. 
                • Para pihak dalam Kontrak terdiri dari dua pihak yaitu: (1) pihak pertama adalah pihak Pejabat Penandatangan Kontrak (PA/KPA/PPK);(2) pihak kedua adalah pihak Penyedia yang telah ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan;
                • Reviu KAK untuk pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi untuk memastikan bahwa KAK, output, metodologi, personel, waktu, biaya sesuai dengan dokumen perencanaan yang telah ditetapkan oleh PA/KPA (hanya ketentuan lampiran 2).
                • Menyetujui Pernyataan Pakta Integritas yang berisi antara lain 2) akan melaporkan kepada PA/KPA/APIP jika mengetahui terjadinya praktik korupsi, kolusi dan/atau nepotisme dalam proses pengadaan ini. 
                • Peserta yang menyampaikan dokumen kualifikasi dapat mengajukan sanggah melalui SPSE apabila menemukan antara lain: 4)  penyalahgunaan wewenang oleh Pokja Pemilihan, pimpinan UKPBJ, PPK, PA/KPA, dan/atau kepala daerah. 
                • Sanggah yang disampaikan kepada PPK, PA/KPA, dan APIP Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, atau disampaikan diluar masa sanggah, dianggap sebagai pengaduan dan diproses sebagaimana penanganan pengaduan. 
                • Tender/Seleksi dinyatakan gagal dalam hal antara lain: 

                j. Pokja Pemilihan/PPK terlibat korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme;

                k. PA/KPA menyetujui penolakan oleh PPK atas hasil pemilihan dan/atau 

                l. PA/KPA menolak untuk menetapkan pemenang pemilihan untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dan Pengadaan Jasa Konsultansi Nonkonstruksi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). 
                  • Tender/Seleksi gagal sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf j) sampai dengan huruf l) diatas ditetapkan oleh PA/KPA. 
                  • Tindak Lanjut Tender/Seleksi gagal antara lain: 5) Pokja Pemilihan melakukan penghentian proses Tender/Seleksi apablia berdasarkan hasil peninjauan dan komunikasi dengan PA/KPA/PPK, kebutuhan masih dapat ditunda dan tidak cukup waktu untuk melaksanakan Tender/Seleksi.(hanya ketentuan lampiran 2)
                  • Dalam hal Tender/Seleksi ulang gagal, Pokja Pemilihan dengan persetujuan PA/KPA melakukan Penunjukan Langsung dengan kriteria: 
                  1)  kebutuhan tidak dapat ditunda; dan 
                  2)  tidak cukup waktu untuk melaksanakan Tender/Seleksi.
                  • Konsolidasi oleh PPK sebagai berikut antara lain: 
                  a. PPK menerima Dokumen Perencanaan Pengadaan dari PA/KPA.
                  f. PPK mengusulkan perubahan pemaketan kepada PA/KPA.

                  g. Dalam hal usulan perubahan pemaketan disetujui oleh PA/KPA, maka ditindaklanjuti dengan perubahan RUP. Selanjutnya PPK menyampaikan hasil Konsolidasi kepada Pejabat Pengadaan/UKPBJ untuk dilakukan pemilihan Penyedia 

                  (hanya ketentuan lampiran 1) 

                  • Konsolidasi setelah pengumuman RUP. Setelah pengumuman RUP, UKPBJ dapat melakukan konsolidasi terhadap pemaketan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 

                  1. UKPBJ secara tertulis mengusulkan kepada PA/KPA/PPK untuk melakukan konsolidasi. 

                  2. Dalam hal PA/KPA menyetujui, dilakukan tahapan sebagaimana ketentuan pada klausul 6.2.1. 

                  3. Dalam hal PA/KPA tidak menyetujui, maka pengadaan barang/jasa dilaksanakan sesuai dengan rencana semula. 

                  (hanya ketentuan lampiran 1&2) 

                  • Dalam hal PPK tidak menyetujui hasil pemilihan Penyedia, maka PPK menyampaikan penolakan tersebut kepada Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan disertai dengan alasan dan bukti. Selanjutnya, PPK dan Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan pembahasan bersama terkait perbedaan pendapat atas hasil pemilihan Penyedia. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan, maka pengambilan keputusan diserahkan kepada PA/KPA paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah tidak tercapai kesepakatan. PA/KPA dapat memutuskan: 
                  a.Menyetujui penolakan oleh PPK, PA/KPA memerintahkan Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan untuk melakukan evaluasi ulang, atau Tender/Seleksi ulang; atau b. Menyetujui hasil pemilihan Penyedia, PA/KPA memerintahkan PPK untuk menerbitkan SPPBJ paling lambat 5 (lima) hari kalender. 
                  Keputusan PA/KPA tersebut bersifat final.
                  Dalam hal PA/KPA yang merangkap sebagai PPK tidak menyetujui hasil pemilihan Penyedia, PA/KPA menyampaikan penolakan tersebut kepada Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan disertai dengan alasan dan bukti serta memerintahkan untuk melakukan evaluasi ulang atau Tender/Seleksi ulang paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah menerima laporan hasil pemilihan Penyedia. 

                  • Untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat menetapkan tim teknis dan PPK dapat menetapkan tim ahli atau tenaga ahli.
                  • Masa Pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi antara lain : h. PA/KPA mengalokasikan anggaran untuk keperluan operasional PPK selama masa pemeliharaan oleh Penyedia. (hanya ketentuan lampiran 1) 
                  • Serah Terima Hasil Pekerjaan dari Pejabat Penandatangan Kontrak kepada PA 

                  1. Setelah penandatanganan Berita Acara Serah Terima, Pejabat Penandatangan Kontrak untuk menandatangani Kontrak menyerahkan barang/hasil pekerjaan kepada PA/KPA. 

                  2. Mekanisme serah terima hasil barang/jasa dari Pejabat Penandatangan Kontrak kepada PA/KPA dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 

                  • Masa Pemeliharaan (apabila dibutuhkan) antara lain 8. PA/KPA mengalokasikan anggaran untuk keperluan operasional PPK selama masa pemeliharaan oleh Penyedia. 

                  Pasal 1
                  Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

                  1. Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan Jasa Konstruksi yang dapat berupa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen. 

                  1. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga atau perangkat daerah.

                  2. Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara yang selanjutnya disebut KPA, adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

                  3. Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang selanjutnya disebut KPA, adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan PA dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi perangkat daerah. 


                  Catt: Peraturan ini banyak memiliki lampiran, sebagai mewakili saya ambil Lampiran huruf A yaitu Metode Tender, Pascakualifikasi, Satu File, Sistem Harga Terendah,Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan yang berbunyi:

                  • Pengguna Anggaran (PA) : yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/ Perangkat Daerah. 

                  34.7. Dalam hal nilai pagu anggaran paling sedikit di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) maka penetapan pemenang dilakukan oleh Pengguna Anggaran (PA)


                  17 Desember 2020

                  Fundamental Move On-nya PBJ saat ini ada ditangan Mereka Kaum Milenial

                   


                  Tadi siang tepatnya kamis, 17 Desember 2020 jam 13:30, diruang Sidang Ajudikasi Non Litigasi Penyelesaian Informasi Publik Komisi Informasi Provinsi DKI Jakarta, sidang perdana, saya ditanya Majelis tentang alasan mengapa mensengketakan Penolakan Badan Publik (BP) terhadap Permintaan Informasi terkait Evaluasi Dokumen Pemenang Tender, jawaban saya intinya seperti ini :
                  1. Selaku pemerhati Kebijakan pengadaan barang dan jasa (PBJ), sangat jelas Jangka Waktu Kerahasiaan Informasi Terkait Evaluasi Pemilihan pemenang sudah diatur oleh PS 16/2018 yaitu sebatas hasil evaluasinya diumumkan, namun faktanya BP menafsirkannya pakai kacamata UU Keterbukaan Informasi. Akibatnya saat ini ramai-ramai BP melakukan Uji Konsekuensi yang hasilnya so pasti Jangka waktu kerahasiaan melar sampai 30 tahun.......itung-itung kalolah 500-an K/L/Pemda melakukan uji kompetensi yang sama dengan hasil yg sama pula, berapa banyak pajak masyarakat yang terbuang sia-sia buat bayarin Tim Penguji 😎😎.
                  2. Sebagai Akademisi, hal ini telah pula saya kaji dan karena ada penambahan umur dari seharusnya langsung terbuka menjadi nunggu 30 tahun, telah menjadikan Prosedur Evaluasi Pemilihan mirip praktek sulap yang triknya baru bisa dibukakan 30 tahun kemudian......jangan-jangan penonton sulap kalopun masih hidup pastinya da pada pikun he3x. Kajian tersebut telah saya publikasikan ke para Regulator di Republik ini dan berharap kedepannya entah apapun hasil sidang sengketa informasi ataupun tanggapan para regulator, pastinya akan memperlengkap kesempurna Karya Ilmiah saya tahun depan.
                  3. Sebagai Penyedia, tender yang Evaluasinya terbuka dan transparan akan membuat persaingan yang sehat dan kamipun bisa mengembangkan diri menuju kualitas yang lebih baik. Kondisi Penyediapun bisa dipetakan dan berguna untuk strategi nasional mau dibawa kemana PBJ ini kedepannya. Saat ini kita malas mengembangkan SDM kearah profesional....untuk apa, toh ujung-ujungnya disuruh belajar sulap juga kalo tidak mau ya ga kebagian. 
                  Diperjalanan pulang saya merasa percaya diri melihat para majelis yang masih muda dan tampaknya Generasi Milenial semua, belum lagi kalo saya baca tulisan Keterbukaan Informasi Publik Cegah Korupsi yang bisa dilihat di laman resmi mereka (klik saja 💙 ini ) ...nyambung dengan hasil kajian saya selama ini bahwa keterbukaan Evaluasi Tender sangat efektif mencegah korupsi. Monggo pak majelis dibaca kajian saya ini......yang pasti terimaksih buat tiket ronde berikutnya tadi semoga kita sehat-sehat selalu ditengah pandemi covid ini.

                  Entah kenapa seketika saya teringat beliau, Presiden Joko Widodo ketika meminta LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) untuk melakukan perubahan yang fundamental dalam sistem pengadaan barang dan jasa.  Sistem PBJ pemerintah harus cepat, transparan, dan akuntabel serta meningkatkan value for money dengan memberikan nilai manfaat yang sebesar-besarnya kepada rakyat.....sorry bukan bermaksud kata lain tidak penting, tapi fokuskan pada kata FUNDAMENTAL ya...soalnya dari dulu kalimat selain itu sudah ada....kacamata mana kacamata mana 😛.

                  Menurut terjemahan Kamus Oxford, dari beberapa arti yg tersedia maka makna paling dalam dari fundamental adalah "from which everything else made", di dalam PBJ hal itu bisa merujuk kepada "proses pemilihan Pemenang" karena sesungguhnya PBJ tidak akan terjadi kalo tidak ada Pemenang, semua Penyedia pingin jadi Pemenang dan Semua Non Penyedia pingin jadi temannya Pemenang, berbicara tentang Uang maka tanpa Pemenang, Anggaran tak bisa dicairkan. Kalo diizinkan, bisa saya simpulkan bahwa Perubahan regulasi PBJ dari tahun ketahun hanya menyentuh hal-hal yang Non Fundamental sebut saja semisal banyak-banyakin alatlah, sertifikasilah, dukunganlah, kadang sanggah pake jaminan besoknya ga lagi, ada blowing segala, aturan bongkar pasang naik turun.....sorry hampir lupa, pernah ada satu perubahan Fundamental yaitu merubah tender Manual menjadi e-Proc oleh Pak President Susilo Bambang Yudhoyono.

                  Ibarat Penyelenggara Pertunjukan sulap, perubahan regulasi terjebak di otak atik perencanaan dan jadwal pertunjukan, cara jual beli tiket, memperbanyak tempat duduk penonton, siapin ruangan VIP, keamanan berlapis, pengawas berjibun, CCTV ðŸŽ¥ dimana-mana kecuali dibalik layar, tim geser sana pindah sini.... Menurut saya "sesuatu"  Fundamental di PBJ adalah transparansi keterbukaan bagaimana proses Pemenang ditentukan bukan bagaimana menyajikan daftar dosa peserta lain sehingga gugur atau dikalahkan. Tak perlu disebutkan disini, faktanya banyak Pemenang ditentukan dibalik layar, bukan hanya nentuin pemenang, ngatur yang kalahpun adalah bagian dari pertunjukan. Begitu OTT, ketahuan ternyata si pemenang dimiliki si anu si ono, jagoan oknum bupati ini, arahan timses partai x,y,z, tangan kanannya menteri x, perusahaan rentalan, ga punya KD, SKN/SKP ga cukup,  gak punya tenaga ahli, peserta tender nominee semua, melanggar aturan dst... Kalo memang harus nunggu OTT dulu baru semua bisa buka-bukaan, ga ada yang bakalan takut!!  kalo kena OTT ya resiko pekerjaan pemain sulap apes kecelakaan,  lantas dimana Aksi Pencegahannya ?

                  Semoga dari dalam ruang sidang nanti akan keluar keputusan Luar Biasa yang efeknya nasional, terbayang oleh saya, keputusan para majelis terhormat sedang ditunggu pasal 13 ayat (3) Peraturan Komisi Informasi nomor 1 tahun 2017 tentang  Pengklasifikasian Informasi Publik. Semoga saja.....kita hanya butuh keputusannya, bukan informasinya....sesuatu yang kecil namun meng-Indonesia.

                  Siapa Kita ? .....Indonesia

                  Permisi...ada sponsor



                  02 Desember 2020

                  Selamat atas Pelantikan Pengurus LPJK periode 2021-2024

                          Setelah susah payah proses seleksi yang dimulai tanggal 15 September 2020, akhirnya orang terbaik versi Panitia Seleksi KemenPUPR dan Komisi V DPR RI telah berhasil ditetapkan (02 Des 2020) dan kini, 22 Des 2020 mereka yang terpilih telah pula dilantik. Berikut nama dan dan posisi orang-orang pilihan tersebut (urutan nomor sesuai dengan urutan dari kiri ke kanan pada gambar) yaitu:

                  1. Bpk. Agus Gendroyono (Anggota)
                  2. Bpk. Taufik Widjoyono (Ketua merangkap Anggota)
                  3. Bpk. Syarif Burhanuddin (Anggota)
                  4. Bpk. Agus Taufik Mulyono (Anggota)
                  5. Bpk. Tri Widjajanto (Anggota)
                  6. Bpk. Ludy Eqbal Almuhamadi (Anggota)
                  7. Bpk. Manlian Ronald Adventus (Anggota)

                  PENGURUS LPJK PERIODE 2021-2024

                  Foto Pengurus terpilih di Gedung DPR

                  Selamat melayani masyarakat, semoga Amanah dan melakukan semua yang dijanjikan sesuai pesan pesan Rakyat melalui Anggota DPR. Ingat.....janji adalah hutang !!!

                  Semoga semua berjalan dengan lancar dan sampai bertemu setahun lagi bapak-bapak sekalian untuk evaluasi kinerjanya.


                  Fit and Propert Test Pemilihan Calon Pengurus LPJK periode 2021-2024


                  Apa yang dibicarakan wakil kita di Senayan tentang konstruksi, perdulikah mereka akan nasib Pengadan Barang Jasa (PBJ) yang menjadi gantungan hidup Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Jawabannya bisa kita lihat, dengar dan saksikan melalui Video  rekaman acara Fit and Propert Test pemilihan Calon Pengurus LPJK periode 2021-2024 di Gedung DPR-RI (01 Des 2020) sebagai berikut 


                  Jika Video tidak terbuka secara otomatis, silahkan klik disini 



                  Jika Video tidak terbuka secara otomatis, silahkan klik disini 

                  Menurut saya para wakil Rakyat sangat aspiratif jadi mari kita bantu mereka para anggota DPR untuk mengawasi perjalanan kepengurusan LPJK Periode 2021-2024 ini. Berikut rangkuman informasi diatas yang coba saya terjemahkan memakai pemahaman sendiri kedalam tulisan, untuk itu saya memohon maaf apabila terjadi kesalahan pemahaman. Berikut summary-nya   : 

                  I. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan



                  1. HJ. SADARESTUWATI, SP, M.MA-JAWA TIMUR VIII, email: sadarestuwati@dpr.go.id
                  Menyoroti hal-hal berikut:
                  1. LPJK harus bisa mengakomodir temuan-temuan baru untuk meningkatkan Kualitas dan teknologi Konstruksi
                  2. Seluruh Tenaga Kerja Konstruksi harus bersertifikat dan harus ditingkatkan paling tidak 70 % dari target.
                  3. Keberadaan LPJK merugikan masyarakat konstruksi
                  4. Pengurus sebaiknya memisahkan diri dari kepentingan pribadi 
                  5. Pengurus LPJK jangan memberi ruang sekecil apapun untuk memberi celah terjadinya Korupsi 
                  6. Harus dibuat Strategi jitu menertibkan kepemilikan nominee perusahaan jasa konstruksi yang merugikan penyedia lain saat proses tender
                  7. Sertifikat-sertfikat jangan pernah diperjualbelikan sebagaimana praktek selama ini 


                  2.  BAMBANG SURYADI, S.H., M.H.-LAMPUNG II. email: bambang.suryadi@dpr.go.id
                  Menyoroti hal-hal berikut:
                      1. Pengurus harus Merubah image LPJK yang selama ini disebut sebagai tukang stempel SBU/SKK
                      2. Harus dibuatkan kiat-kiat merubah kecelakaan Kerja
                      3. Dipikirkan apa yang harus dilakukan terhadap LPJK Provinsi yang hilang
                      4. LPJK kedepannya harus terbuka, adil dan demokrasi karena operasionalnya memakai uang rakyat
                      5. Kecelakaan kerja yang terbaru terjadi karena  sangat mudahnya Asosiasi/LPJK mengeluarkan SBU dan SKK
                      6. Lembaga lama targetnya cari duit dan duit, lembaga sekarang  dibiayai oleh negara dengan tujuan agar bisa lebih profesional
                      7. Perlunya pembatasan SKA yg dipakai bersamaan banyak perusahaan pada SBU tertentu. 
                      8. Kita korban Asosiasi dan LPJK dan minta agar  kebobrokannya bisa dihilangkan



                  3. BOB ANDIKA MAMANA SITEPU, S.H.-SUMATERA UTARA III
                  email: bob.sitepu@dpr.go.id
                  Menyoroti hal sbb:
                  1. Sertifikat Tenaga Ahli pada kenyataanya digunakan hanya sebagai memenuhi persyaratan Tender
                  2. Sinergitas Pusat-Daerah-BUMN terkait SKA/SKT
                  3. LPJK saat ini moralnya harus dibenahi, apakah beranih merobah sistem ?



                  II. Fraksi Partai Golongan Karya
                  1.Drs. H. HASAN BASRI AGUS, M.M.-JAMBI, 
                  Email: hasan.agus@dpr.go.id
                  menyoroti:
                  1. Posisi daya saing konstruksi Indonesia bagaimana?
                  2. LPJK harus profesional terkait kualitas/kuantitas Tenaga Konstruksi yang bersertifikat
                  3. Kebijakan ditingkat Nasional terkait masih adanya dualisme di daerah
                  4. Banyak Tenaga Kerja belum tersertifikasi namun sisi lain terdapat sertifikat yang tidak cocok dengan keahliannya


                  2. 
                  DR. H. GATOT SUDJITO, M.Si-JAWA TIMUR VII
                  email: gatot.sudjito@dpr.go.id
                  Menyoroti:
                  1. Sertifikasi sering menjadi persoalan karena ajaibnya cara mendapatkannya
                  2. Pegurus harus memikirkan Kondisi Daya saing konstruksi Indonesia
                  3. Dibuatkan langkah-langkah agar LPJK mencapai indikator yang ditentukan
                  4. Terdapat 3 juta tenaga kerja yang harus  disertifikasi namun Faktanya yang tersertifikasi baru 600 ribuan
                  5. Zero accident harus bisa dicapai
                  6. Kontrol paling efektif adalah masyarakat
                  7. Sertifikasi apakah bisa disubsidi pemerintah?



                  3. DRS. HAMKA BACO KADY, MS-
                  SULAWESI SELATAN I
                  Email: hamka.kady@dpr.go.id
                  menyoroti:
                  1. Kondisi Real yang dilakukan LPJK yang lalu harus move on, hal ini terkait adanya P2JK yang membuat tender berulang-ulang.
                  2. Mengingatkan adanya potensi Conflict of interest yang tinggi antara Latar belakang pengurus dengan Perbaikan Regulasi


                  4. Ir. H. ANANG SUSANTO, M.Si.-
                  JAWA BARAT II
                  email: anang.susanto@dpr.go.id
                  menyoroti:
                  1. Perlu adanya Interpensi LPJK terhadap persyaratan tender yang aneh-aneh sprt: jaminan penawaran dan tenaga ahli
                  2. Dilakukan Kajian Harga Patokan karena dimenangkannya penawaran yang menurunkan harga sampai 30 % dari HPS 
                  3. Penawarn rendah menyebabkan pekerjaan tidak terlaksana sepenuhnya


                  III. Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya


                  1. SUDEWO, S.T., M.T. JAWA TENGAH III
                  Email: sudewo@dpr.go.id
                  Menyoroti:
                  1. Jasa konstruksi saat ini dalam kondisi titik nadir/kritis dan menjadi Predator sesama penyedia jasa
                  2. Menjadi ajang Persaingan Tidak sehat contoh: terkait Peralatan Tua dan adanya Rental Alat Milik KemenPUPR
                  3. Kebijakan lelang terkait banting-bantingan harga berdampak ke kualitas umur konstruksi
                  4. Keterlibatan masyarakat sudah sejauh mana di dunia konstruksi


                  2. Ir. EDDY SANTANA PUTRA, M.T.-
                  SUMATERA SELATAN I
                  Email : eddy.putra@dpr.go.id
                  Menyoroti:
                  1. LPJK harus ikut mengendalikan kesemerawutan tender terkait banting-bantingan harga
                  2. Komisi V minta keuangan LPJK dibukakan
                  3. Perlunya Pesangon ke eks karyawan LPJK Provinsi
                  4. Apakah tidak ada pembinaan dari LPJK menyikapi penawaran rendah sampai bisa buang 30%
                  5. Pembinaan LPJK terhadap komponen Analisa Harga satuan seperti Harga Upah dan Bahan
                  6. Perusahaan luar daerah sanggup banting harga namun justru perusahaan lokal sebaliknya, kok bisa? 
                  7. Merubah LPJK kearah yang lebih baik, berintegritas dan memajukan Jasa konstruksi


                  3. H. ANDI IWAN DARMAWAN ARAS, S.E., M.Si.-
                  SULAWESI SELATAN II
                  email: andi.aras@dpr.go.id
                  1. Perlunya Kajian Pembatasan wilayah operasional badan usaha kecil dalam rangka pemerataan perolehan paket.
                  2. Apakah Sertifikasi bisa Aktual sehingga dipelelangan tidak perlu klarifikasi kualifikasi berulang-ulang yang berujung penilaian subjektif
                  3. Masalah LPJK adalah Non-Teknis dan begitupula solusinya
                  4. Perlunya Agen Perubahan, Reward and Punishment seperti Downgrade, Blacklist dan Pencabutan izin. 

                  IV. Fraksi Partai Nasional Demokrat

                  H. SYARIEF ABDULLAH ALKADRIE, SH., MH-KALIMANTAN BARAT I 
                  Email:syarif.alkadrie@dpr.go.id
                  1. Sertifikat yang sebatas formalitas malah diperjualbelikan berakibat ke buruknya kualitas pekerjaan
                  2. Masalah harga dibuang sampai 35% yang salah adalah si perencana harga
                  3. Perlunya Pembenahan Lembaga pelelangan terkait adanya uang jaminan sanggah serta adanya standar ganda terkait porsi subkon dan personil.
                  4. LPJK harus profesional dan berintegritas terkait banyaknya persoalan verifikasi.
                  5. Sinergisitas terhadap lembaga lain seperti Lembaga lelang ternyata hanya pindah tangan saja, tetap di PUPR juga

                  V. Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa


                  1. NENG EEM MARHAMAH ZULFA HIZ., M.M.-JAWA BARAT III
                  email: neng.hiz@dpr.go.id
                  1. Fakta bahwa proses Sertifikasi tidak transfaran/terbuka alias semua bisa bayar.
                  2. Banyak Pekerja ke Luar negeri belum tersertifikasi akibatnya berdampak ke upah, bagaimana rencana kerjasama G to G menyikapi hal ini?

                  2. H. SYAFIUDDIN, S.Sos.-JAWA TIMUR XI
                  email: syaifuddin@dpr.go.id
                  1. Meskipun LPJK sudah berusia 21 tahun, namun  Kecelakaan Kerja yang trendnya naik terus dan untuk itu perlu strategi lanjut dalam mengatasinya
                  2. Perlunya Media pelaporan LPJK ke Menteri juga bisa diakses/update oleh rakyat khususnya DPR
                   

                  VI. Fraksi Partai Demokrat



                  1. DRH. JHONI ALLEN MARBUN, MM-
                  SUMATERA UTARA II
                  email; jhoni.allen.marbun@dpr.go.id
                  1. Ditetapkannya Output dan Outcome LPJK periode depan
                  2. Menanggapi info penyaji yang menyebut bahwa LPJK lama dikuasai kelompok-kelompok tertentu yang melemahkan lembaga

                  VII. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera


                  H. SURYADI JAYA PURNAMA, S.T.-
                  NUSA TENGGARA BARAT II
                  email; suryadi.purnama@dpr.go.id

                  Menyoroti:
                  1. Perlu langkah-langkah mempercepat sertifikasi agar tercapat diatas 1 digit, saat ini cuman sekitar 6%, langkah tersebut termasuk membuat kerjasama dengan perguruan tinggi.
                  2. Perlunya Terobosan Pengelolaan, Perlindungan, Pembinaan dan Instrumen rantai pasok termasuk inovasi produk konstruksi
                  3. Mengantisipasi Pengusaha dari luar daerah yangg bisa menang hanya karena faktor hebat secara adminitrasi padahal secara teknis ujung-ujungnya mereka memakai source lokal juga
                  4. Realita adanya Jasa pembuatan Surat Penawaran Harga (SPH) yang ternyata dipakai banyak perusahaan dalam rangka tender serta bisanya Pokja penentu segalanya diluar dari ketentuan yang berlaku.
                  5. APBN 2021 belum ada menganggarkan biaya penalangan sertifikasi gratis
                  6. Carut marutnya Jasa Konstruksi saat ini
                  7. Adanya keinginan persyaratan lelang lebih sederhana sehingga tidak perlu bawa-bawa dokumen pake koper untuk klarifikasi
                  8. Diperhatikan nasib karyawan bekas LPJK 

                  VIII. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan



                  Dr. H. MUH. ARAS, S.Pd., M.M.-
                  SULAWESI SELATAN II
                  email: muhammad.aras@dpr.go.id
                  menyoroti:
                  1. Realisasi penerbitan sertifikasi sampai saat ini hanya baru sekitar 9% dari target.
                  2. Pengurus baru haJaskon bisa bersaing secara Global

                  Kesimpulan: 

                          Ternyata....segala tulisan yang saya sampaikan melalui Blog selama ini senada dengan apa yang disampaikan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, Gaung Sertifikasi Gratis sudah bergema  di kaum Legislatif maupun Executive, selanjutnya bola panas ada di KemenPUPR..... milih neruskan praktek lama atau Move On, kalo boleh Pak Menteri mari kita tinggalkan budaya gaya kolonial, peras Pengusaha lewat Sertifikasi.....puluhan tahun dapat duit ga kerja ga cocok lagi di zaman Now begini....mau uang ya kerja kayak kita-kita lah brother !!! 



                  SALAM REFORMASI !!